Detak Kampar – Dalam beberapa tahun terakhir, perdebatan mengenai apakah mobil listrik atau mobil bensin lebih ramah lingkungan telah menjadi topik yang hangat. Kedua jenis kendaraan ini memiliki dampak yang berbeda terhadap lingkungan, baik dari segi emisi karbon, konsumsi energi, hingga proses produksi. Untuk memahami mana yang lebih ramah lingkungan, mari kita telaah berbagai aspek yang mempengaruhi dampak lingkungan dari kedua jenis mobil ini.
Emisi Karbon dan Polusi Udara
Dilansir dari Koranindonesia.id, mobil bensin dikenal menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Pembakaran bensin di mesin mobil menghasilkan karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel lain yang berkontribusi terhadap polusi udara dan perubahan iklim. Sebaliknya, mobil listrik tidak menghasilkan emisi tailpipe (gas buang) sama sekali saat beroperasi. Namun, perlu diperhatikan bahwa emisi terkait mobil listrik bergantung pada sumber energi listrik yang digunakan. Jika listrik dihasilkan dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil, maka emisi karbon tetap ada, meskipun tidak langsung dari kendaraan.
Konsumsi Energi dan Efisiensi
Mobil listrik umumnya lebih efisien dalam mengubah energi menjadi gerakan dibandingkan mobil bensin. Motor listrik dapat mengubah sekitar 85-90% energi dari baterai menjadi tenaga, sementara mesin bensin hanya mengkonversi sekitar 20-30% energi dari bahan bakar menjadi tenaga. Ini berarti bahwa mobil listrik menggunakan energi dengan lebih efisien dan memiliki potensi untuk mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan, terutama jika diisi daya dengan sumber energi terbarukan seperti angin atau matahari.
Proses Produksi dan Dampak Lingkungan
Proses produksi baterai untuk mobil listrik sering kali disorot karena dampak lingkungannya yang cukup besar. Ekstraksi dan pengolahan logam seperti litium, kobalt, dan nikel memerlukan energi tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, efisiensi produksi baterai semakin meningkat dan upaya untuk mendaur ulang baterai bekas juga semakin gencar dilakukan. Di sisi lain, produksi mobil bensin juga tidak bebas dari dampak lingkungan, terutama terkait dengan ekstraksi dan pemurnian minyak bumi serta pembuatan komponen kendaraan.
Siklus Hidup Kendaraan
Ketika mempertimbangkan dampak lingkungan dari mobil listrik dan mobil bensin, penting untuk melihat siklus hidup kendaraan secara keseluruhan. Studi menunjukkan bahwa meskipun mobil listrik memiliki dampak lingkungan yang lebih besar dalam fase produksi, mereka cenderung memiliki jejak karbon yang lebih rendah selama masa penggunaan karena tidak menghasilkan emisi tailpipe. Dalam jangka panjang, total emisi karbon dari mobil listrik bisa lebih rendah dibandingkan mobil bensin, terutama jika energi listrik yang digunakan berasal dari sumber terbarukan.
Kesimpulan
Menentukan mana yang lebih ramah lingkungan antara mobil listrik dan mobil bensin bukanlah hal yang sederhana dan bergantung pada berbagai faktor, termasuk sumber energi listrik, efisiensi produksi, dan kebijakan daur ulang baterai. Namun, secara umum, mobil listrik memiliki potensi untuk menjadi lebih ramah lingkungan dibandingkan mobil bensin, terutama jika didukung oleh penggunaan energi terbarukan dan peningkatan teknologi baterai. Untuk mencapai transportasi yang benar-benar berkelanjutan, perlu ada upaya bersama dari pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mendukung adopsi mobil listrik dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.